"Bung Karno saat berpidato mengenai "Jas Merah". Gambar : Istimewa"
Pasti anda pernah mendengar yang namanya "Jas Merah"!!
Jas Merah artinya jangan lah melupakan yang namanya sejarah. Ini adalah slogan yang di ucapkan oleh Bapak kita yaitu Bung Karno dalam pidatonya, yang berjudul "Dibawah Bendera Revolusi".
Kalangan masyarakat saat ini, ada beberapa juga yang tak kenal yang namanya sejarah. Dan juga ada yang acuh tak acuh akan sejarah. Sebenarnya sejarah itu sangat penting dalam kehidupan sekarang ini agar bisa merubah sikap agar lebih baik lagi. Seperti pelopor politisi Bung Karno mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghargai jasa para pahlawan bangsanya…Untuk bisa menghargai para pahlawan tentunya juga harus mau mempelajari sejarah perjuangan bangsanya….
Saya berharap semoga bagi para politik yang menjabat di Anggota Dewan , jangan sampai salah jalan yaitu melakukan tindakan yang senonoh, dengan korupsi besar-besaran sampai masyarakat kecil menjadi sengsara.
Bahwa kita ketahui negara kita, masih memiliki utang yang cukup besar , oleh karena itu marilah kita bersatu demi nusa dan bangsa untuk mensejahterakan rakyatnya jangan sebaliknya malah menyengsarakannya.
Aku mohon dan juga masyarakat tentunya berharap agar para politikus mampu mengendalikan dirinya untuk menjalankan kepemimpinannya dengan benar. Jangan menyalah gunakannya.
Disini sangat penting bagi para politikus untuk meniru bapak kita yaitu Bung Karno dalam menjalankan tugasnya dengan benar sesuai dengan jiwa kepemimpinannya. Maka sejarah di sini sangat penting dalam kehidupan ini agar bisa menjadi lebih baik lagi.
Para orang bijak mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik, terutama pengalaman pribadi…Oleh karena itu mulailah dari sekarang dan jangan menyia-nyiakan , agar kelak di tua nanti anda tidak bertanya-tanya tentang sejarah. Malahan bisa anda menceritakan untuk generasi yang berikutnya. Agar lebih baik lagi untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Saran Saya : Ingat Janganlah anda melupakan yang namanya sejarah "Jas Merah".
Oleh: Bayu Satrya