"gambar para pejabat yang bekerjasama korupsi (cursingmalay.blogspot.com)"
Politik adalah salah satu bagian dari sistem kebudayaan, di samping ada yang disebut ekonomi, teknologi, seni dan agama. Ada negara yang memandang keikut sertaan setiap manusia dalam penggunaan kekuasaan untuk mengatur kehidupan bersama sebagai suatu hal yang baik, ada juga yang memandang itu justru sebaliknya. Negara yang memandangnya buruk lazim dikategorikan sebagai negara oligarki, sebaliknya negara yang memandangnya baik dikategorika sebagai negara demokrasi. Suatu negara pantas disebut negara demokrasi apabila ia mengundang partisipasi warga negara setiap kali hendak mengambil keputusan yang akan mempengaruhi jalannya kehidupan bersama. Ringkasnya demokrasi ada apabila ada partisipasi. Partisipasi ini berbentuk tuntutan dandukungan, tapi bisa juga kontrol atau pengawasan.
Keberhasilan suatu bangsa dalam membangun kehidupannya sangat ditentukan oleh bangsa itu sendiri, demikian pula dengan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia seharusnya mampu memandang dan menyikapinya secara sungguh-sungguh segala permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini. Sejalan dengan tuntutan reformasi di Indonesia telah terjadi perubahan dalam berbagai aspek kehidupan nasional. Banyak hal yang sebelumnya dianggap sebagai suatu hal yang biasa, harus mengalami perubahan karena dianggap tidak sesuai dengan era reformasi (Sari, 2007).
Perubahan dimasa sekarang tampak terlihat dengan lebih terbukannya akses akses media masa, dimana pelarangan dan pembredelan buku sudah dirasa tidak seekstrim masa orde baru, diantaranya adalah buku buku beraliran kiri yang sempat hilang dari pasaran, keterbukaan media masa sekarang memberikan efek posistif dimana kita dapat melihat konsep konsep dan idealisme yang sebelumnya belum kita kenal adalah suatu keberhasilan di era reformasi 1998. Dalam perkembangannya setelah tahun 1998 Indonesia belum bergerak dengan cepat dan jelas, masih meraba meraba akan di bawa kemana arah negara dan bangsa ini, kebebasan bukan berarti demokrasi, terlebih harus dibenturkan dengan sitem Pancasila yang sudah ada di Indonesia sebelumnya. Masih dalam suasana abu abu bangsa ini berfantasi terhadap apa itu demokrasi tanpa pernah mengenyam dan mempelajarinya ( Lahir dalam Embrio bukan Embrio yang dilahirkan ) hingga akhirnya landasan bangsa ini pun berubah menjadi “ Demokrasi PANCASILA ”. tanpa bangsa ini tau itu apa dan bagaimana.
Keberhasilan reformasi 1998 meruntuhkan kekuasaan Soeharto memang tercapai, lengsernya Soeharto adalah pintu gerbang untuk membuka tatanan masyarakat yang dikebiri, meruntuhan tembok besar pengahalang ide ide lahir, merobohkan raksasa untuk memberikan cahaya matahari pada mereka yang dibawah, tetapi siapa sangka, kenyataan yang terjadi negara dan bangsa ini gugup, bingung harus berbuat apa setelah menang melawan diktator. Bangsa ini terbiasa kalah dan tau harus bagaimana jika kalah, berbeda dengan saat mereka harus menang, mereka masih bingung harus berbuat apa di kekosongan ini. Tokoh tokoh besar mencoba berani tunjuk jari untuk menjadi pemimpin, menjadi pengganti dengan sistem baru yang mereka tawarkan, tetapi naas, berjalannya waktu sistem itu tidak mati hanya berganti kostum saja, robohan puing puing itu belum pergi, lupa untuk disisir dan dibersihkan masih tertinggal di sudut sudut gedung pemerintahan, akar lupa di cabut, pada akhirnya saat benih segar dan baru itu ditanampun hanya akan tumbuh sebentar, karena akar raksasa itu lupa di bersihkan.
Berbeda dengan arus atas, arus bawah masih ber euforia dengan segala macam tingkah polah, mereka merdeka, mereka berhasil, ( tanpa tau apa yang mereka masksudkan didalamnya ). Berjalannya waktu mereka akhirnya tetap tidak tau apa-apa, tidak merasakan apa-apa, masih sama, masih tetap sama, yang berbeda hanya keluarga cendana sudah tidak punya nama.
Politik era sekarang sudah berubah dengan era orde baru, dulu hanya ada satu pohon yang tidak dapat goyah oleh angin, satu kekuatan yang mutlak yang tidak perlu ada persaingan keras di dalam pemilu, tetapi sekarang, politik tak ubahnya binatang, mereka sama, hanya beda kesempatan untuk tumbuh, saling mangsa dan saling terkam, baik depan maupun belakang, kekuasaan dan kepentingan lebih penting daripada cita-cita. Jika ada yang kuat mereka merapat dan berteduh dibawahnya, dengan sedikit demi sedikit mengerogoti kekuatan mereka,hingga akhirnya tumbang dan terbuang. Mereka yang dalam taraf setengah saling waspada terhadap satu sama lain, saling malu malu untuk memburu, memprediksikan siapa yang tumbuh besar berikutnya, menjadi oposisi bukan lagi suatu pilihan saat bersebrangan, harus pintar pintar menyembunyikan pisau di dalam koalisi ( musuh dalam koalisi ), sibuk jual muka sana sini, sibuk propaganda lagu lama, lalu dimana rakyat ?? mereka hanya menjadi korban ?? atau memang rakyat lah yang salah ?? menerima ini semua sebagai kesalahan pemerintah dan politik, ?? Menurut saya, ini adalah kesalahan rakyat, kesalahan karena mereka mau dibodohi berulang kali, kesalahan pengkritisi pemerintahan yang diam saja tanpa memperhatikan objek yaitu rakyat, kesalahan pengamat politik yang lebih suka mengamati tanpa menceritakan apa yang terjadi dan bagaiamana. Berkesadaran akan hak dan kewajiban, berkeberanian karena benar, bukan diam dan selalu menyalahkan nasib dan politik, kita punya hak, mereka takut terhdap kita, mereka butuh suara kita, jumlah kita banyak tetapi bodoh dan dibodohi, mau sampai kapan..??
Politik itu sistem yang lahir dari manusia, kita, kita tidak perlu takut menghadapinya, karena kita dalah ibu, pemilik rahim dari yang melahirkan adanya sistem politik.!!!
Sumber : wordpress.com
Keberhasilan suatu bangsa dalam membangun kehidupannya sangat ditentukan oleh bangsa itu sendiri, demikian pula dengan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia seharusnya mampu memandang dan menyikapinya secara sungguh-sungguh segala permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini. Sejalan dengan tuntutan reformasi di Indonesia telah terjadi perubahan dalam berbagai aspek kehidupan nasional. Banyak hal yang sebelumnya dianggap sebagai suatu hal yang biasa, harus mengalami perubahan karena dianggap tidak sesuai dengan era reformasi (Sari, 2007).
Perubahan dimasa sekarang tampak terlihat dengan lebih terbukannya akses akses media masa, dimana pelarangan dan pembredelan buku sudah dirasa tidak seekstrim masa orde baru, diantaranya adalah buku buku beraliran kiri yang sempat hilang dari pasaran, keterbukaan media masa sekarang memberikan efek posistif dimana kita dapat melihat konsep konsep dan idealisme yang sebelumnya belum kita kenal adalah suatu keberhasilan di era reformasi 1998. Dalam perkembangannya setelah tahun 1998 Indonesia belum bergerak dengan cepat dan jelas, masih meraba meraba akan di bawa kemana arah negara dan bangsa ini, kebebasan bukan berarti demokrasi, terlebih harus dibenturkan dengan sitem Pancasila yang sudah ada di Indonesia sebelumnya. Masih dalam suasana abu abu bangsa ini berfantasi terhadap apa itu demokrasi tanpa pernah mengenyam dan mempelajarinya ( Lahir dalam Embrio bukan Embrio yang dilahirkan ) hingga akhirnya landasan bangsa ini pun berubah menjadi “ Demokrasi PANCASILA ”. tanpa bangsa ini tau itu apa dan bagaimana.
Keberhasilan reformasi 1998 meruntuhkan kekuasaan Soeharto memang tercapai, lengsernya Soeharto adalah pintu gerbang untuk membuka tatanan masyarakat yang dikebiri, meruntuhan tembok besar pengahalang ide ide lahir, merobohkan raksasa untuk memberikan cahaya matahari pada mereka yang dibawah, tetapi siapa sangka, kenyataan yang terjadi negara dan bangsa ini gugup, bingung harus berbuat apa setelah menang melawan diktator. Bangsa ini terbiasa kalah dan tau harus bagaimana jika kalah, berbeda dengan saat mereka harus menang, mereka masih bingung harus berbuat apa di kekosongan ini. Tokoh tokoh besar mencoba berani tunjuk jari untuk menjadi pemimpin, menjadi pengganti dengan sistem baru yang mereka tawarkan, tetapi naas, berjalannya waktu sistem itu tidak mati hanya berganti kostum saja, robohan puing puing itu belum pergi, lupa untuk disisir dan dibersihkan masih tertinggal di sudut sudut gedung pemerintahan, akar lupa di cabut, pada akhirnya saat benih segar dan baru itu ditanampun hanya akan tumbuh sebentar, karena akar raksasa itu lupa di bersihkan.
Berbeda dengan arus atas, arus bawah masih ber euforia dengan segala macam tingkah polah, mereka merdeka, mereka berhasil, ( tanpa tau apa yang mereka masksudkan didalamnya ). Berjalannya waktu mereka akhirnya tetap tidak tau apa-apa, tidak merasakan apa-apa, masih sama, masih tetap sama, yang berbeda hanya keluarga cendana sudah tidak punya nama.
Politik era sekarang sudah berubah dengan era orde baru, dulu hanya ada satu pohon yang tidak dapat goyah oleh angin, satu kekuatan yang mutlak yang tidak perlu ada persaingan keras di dalam pemilu, tetapi sekarang, politik tak ubahnya binatang, mereka sama, hanya beda kesempatan untuk tumbuh, saling mangsa dan saling terkam, baik depan maupun belakang, kekuasaan dan kepentingan lebih penting daripada cita-cita. Jika ada yang kuat mereka merapat dan berteduh dibawahnya, dengan sedikit demi sedikit mengerogoti kekuatan mereka,hingga akhirnya tumbang dan terbuang. Mereka yang dalam taraf setengah saling waspada terhadap satu sama lain, saling malu malu untuk memburu, memprediksikan siapa yang tumbuh besar berikutnya, menjadi oposisi bukan lagi suatu pilihan saat bersebrangan, harus pintar pintar menyembunyikan pisau di dalam koalisi ( musuh dalam koalisi ), sibuk jual muka sana sini, sibuk propaganda lagu lama, lalu dimana rakyat ?? mereka hanya menjadi korban ?? atau memang rakyat lah yang salah ?? menerima ini semua sebagai kesalahan pemerintah dan politik, ?? Menurut saya, ini adalah kesalahan rakyat, kesalahan karena mereka mau dibodohi berulang kali, kesalahan pengkritisi pemerintahan yang diam saja tanpa memperhatikan objek yaitu rakyat, kesalahan pengamat politik yang lebih suka mengamati tanpa menceritakan apa yang terjadi dan bagaiamana. Berkesadaran akan hak dan kewajiban, berkeberanian karena benar, bukan diam dan selalu menyalahkan nasib dan politik, kita punya hak, mereka takut terhdap kita, mereka butuh suara kita, jumlah kita banyak tetapi bodoh dan dibodohi, mau sampai kapan..??
Politik itu sistem yang lahir dari manusia, kita, kita tidak perlu takut menghadapinya, karena kita dalah ibu, pemilik rahim dari yang melahirkan adanya sistem politik.!!!
Sumber : wordpress.com